Sunday, February 26, 2012

Karena Hati Bicara



Mengharungi samudera mahligai nan suci
Penuh gelombang silih berganti
Semua adalah ujian penguat cinta
Bila hati bicara

Kekadang tak perlu terucap kata kata
Untuk selami dalamnya hatimu
Susah senangmu jadi bahgian hidupku
Karena hati bicara

Kata menjelmakanmu kisah berjutakan cerita
Hadirmu dihidupku memberikan berjuta makna
Karunia Illahi mempersatukan dua hati
Kurasa yang kau rasa karena hati bicara

Kekadang tak perlu terucap kata kata
Untuk selami dalamnya hatimu

Susah senangmu jadi bagian hidupku
Karena hati bicara

Kata menjelmakanmu kisah berjutakan cerita
Hadirmu di hidupku memberikan berjuta makna
Karunia Illahi mempersatukan dua hati
Kurasa yang kau rasa karena hati bicara


Nota : Sungguh ingin sekali memberi cinta padamu...memiliki cintamu
Namun saat ini yg termampu, kuserahkan segalanya kepadaNya...

Friday, February 24, 2012

Segalanya Mungkin


Malam siang ku lalui
Dengan debaran di hati
Pengalaman teman-teman
Membuat ku rasa bimbang
Di dalam kehidupan
Segalanya berkemungkinan

Hari ini aku tahu
Ku tak meraguimu
Kerna telah jadi bukti
Kau setia pada janji
Tetapi esok hari
Tak tahu apa 'kan terjadi

Ku ingin pertahankan
Sebuah kejujuran
Ingin ku bersamamu
Ke akhir hayatku

Namun ku tak berani
Berjanji dengan pasti
Kita hanya merancang
Tuhan yang menentukan

Jangan kau salah mengerti
Dengan pengakuan ini
Usah disalah tafsirkan
Bukan ku tak sayang

Ku mahu kau menginsafi
Dengan kehidupan ini
Segala berkemungkinan
Untuk terjadi

Nota : dalam kehidupan pelbagai kemungkinan boleh terjadi...bersedia mental n fizikal selalu. Cukuplah Allah bagiku.

Tuesday, February 21, 2012

Relaku PUJUK...


Nak tahu tak siapa yg selalu menjadi peneman untuk memujuk hati kita ? Jawapannya ialah TANGISAN...

Ya. Menangis. Menangislah. Menangis puas-puasnya... Lepaskan segalanya. Tetapi jangan menangis seperti orang biasa. Kita orang beriman adalah manusia luar biasa. Menangislah sambil berfikir. Berfikir akan masalah yang sedang dihadapi, ujian yang sedang ditanggungi. Jika ada apa-apa masalah yang tersimpan di dalam hati, keluarkan semuanya di dalam tangisan yang sedang mengalir itu

Biar kita menangis untuk melapangkan jiwa. Bukan menangis kita untuk menambahkan kelemahan. Di samping air mata yang mengalir itu, ambil peluang itu untuk berasa kerdil di hadapan Allah SWT. Rasakan air mata yang tumpah itu, adalah satu bentuk kerendahan kita, betapa kita ini manusia dan tak mampu nak tangani ujian ini. Air mata, itu adalah bukti kelemahan kita di hadapan Allah.

Moga-moga dengan terhapusnya ego kita, Allah mendamaikan jiwa, melapangkan hati, dan memberikan kita ketenangan dan jalan keluar kepada masalah kita. amin

Nanti apabila air mata kita telah berhenti, kita akan rasa satu kelapangan yang besar. InsyaAllah, ketika itu kita sudah sedikit tenang dan mula kembali menyusun strategi untuk menyelesaikan masalah kita.

Pujuklah hati dengan bermuhasabah . Pandang semula apa yang telah kita lakukan sehingga Allah menguji kita sebegini rupa. Kita lihat kembali apakah yang telah kita lakukan. Dengan muhasabah, hati akan rasa tenang. Kita akan melihat kembali di mana kesalahan kita. Kita akan dapat menyusun pula rancangan kita yang seterusnya.

Justeru pujuklah diri kita. Kuatkan hati, teguhkan jiwa, tenangkan qalbu. Jangan lari dari masalah. Hadapinya. Langkahinya. Lari dari masalah tidak akan menyelesaikan apa-apa. Dan kemungkinan besar selepas kita bersemuka dengan ujian itu, penyelesaiannya adalah apa yang selama ini kita hajat-hajatkan. Mungkin selepas kita tabah menghadapinya, kita akan bertemu dengan sesuatu yang kita harapkan.

Allah tidak akan menciptakan sesuatu itu dengan sia-sia. Termasuklah ujian yang diberi kepada kita. Mesti ada sesuatu yang Allah hendak berikan, Allah hendak ajarkan, Allah hendak beritahu kepada kita dengan hadirnya ujian itu. Tinggal kita sahaja tidak memerhatikan.

Maka hadapilah ujian. Pujuklah diri. Tenanglah jiwa, damailah hati!

(Hasil bacaan dan adaptasi dari Nukilan Hilal)

Walang Hati



Walanglah sudah hati
mengusung bayang sendiri
menjinakkan rajuk
yang meredam dalam
berlipat dalam diam
tersemat bekal buat azimat
memaku biarku kuat.

Raunglah sudah hati
azimat tak terpujuk
menangis lagilah aku
bulan pun diam malas melagukan
bintang pun kelam malas menyairkan.

Rajuklah terus hati
diam sendiri
senyum masih lagi berbaki
tangis
masih belum kering lagi.

Nukilan :
Sarah Mohd Shukor
9 Jun 2008
Kamar 205, 5.53 pagi